ENTER episode 3: Kehidupan Menimba Ilmu di Negeri Formosa Taiwan

Hai pembaca sekalian, pada episode kali ini ENTER akan membahas kisah dari salah satu dosen wanita di Teknik Elektro Universitas Jember yang kuliah di Taiwan yakni Ibu Devita Ayu Larasati. Bu Devita merupakan dosen alumnus Universitas Jember juga lo! Beliau menamatkan studi S1 tahun 2013 dan melanjutkan S2 di Taiwan sebelum bergabung sebagai dosen di Universitas Jember pada tahun 2016. Tahun 2019 lalu Bu Devita berkesempatan melanjutkan studi S3 di Negara Taiwan juga. Yuk, kita simak bersama kisah dan sharing Bu Devita mengenai perkuliahan di Negeri Formosa ini yang ditulis langsung oleh beliau.

你好! Nǐ hǎo!

Halo para pembaca sekalian! Saya Devita Ayu Larasati. Perkenankan saya untuk membagikan pengalaman dan perjuangan saya selama di Negeri Formosa Taiwan.

Mimpi itu milik siapa saja. Tidak peduli apakah orang itu miskin, bodoh, jelek atau apa pun. Bermimpilah, mimpi yang besar, meski itu terlihat mustahil, karena bermimpi itu tidak perlu membayar bukan? J Mimpi saya adalah ingin memiliki banyak pengalaman hidup dan mencoba hal baru. Maka dari itu, selagi masih muda saya mengambil keputusan untuk merantau, melanjutkan kuliah di ‘negeri orang’. Terlebih lagi saya mempunyai hobi traveling yang membuat saya semakin semangat untuk berangkat.

Saya telah mengambil program master di National Sun Yat-Sen University (NSYSU) pada 2014-2016. Kemudian di pertengahan 2019 saya melanjutkan studi S3 di National Taipei University of Technology (NTUT) atau biasa dikenal dengan Taipei Tech. Sudah 3 tahun saya berada di Taiwan dan banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Pengalaman-pengalaman tersebut saya rangkum ke dalam beberapa sub-bahasan. Enjoy my story!

 

Mengapa memilih Taiwan?

  • Teknologi

Selain Jepang dan Korea Selatan, Taiwan merupakan salah satu negara di Asia yang juga dikenal dengan perkembangan industri teknologi yang maju. Sehingga secara tidak langsung dapat membuka wawasan dan pola pikir saya yang lebih luas lagi.di minat bidang kuliah saya yaitu teknik elektro.

  • Banyak beasiswa yang ditawarkan

Beasiswa yang ditawarkan bermacam-macam mulai dari untuk sekolah Bahasa, maupun untuk jenjang pendidikan Strata 1, 2, dan 3. Sumber dananya pun berasal dari banyak pihak, yaitu beasiswa dari pemerintah Taiwan (MOE), universitas, ICDF, LPDP, dll.

  • Biaya hidup

Meskipun Taiwan merupakan negara yang masuk ke dalam daftar negara maju, biaya hidup di negara ini tergolong tidak jauh berbeda dengan biaya hidup di kota besar di Indonesia. Dapat dikatakan sama dengan biaya hidup di Surabaya atau Jakarta. Sehingga, masih terjangkau oleh mahasiswa. Terlebih lagi dengan banyaknya part time job yang diperbolehkan bagi mahasiswa asing, semakin menambah kemudahan untuk mencukupi kebutuhan hidup.

  • Tidak terlalu jauh

Taiwan bersebelahan langsung dengan Jepang dan Korea Selatan. Untuk mencapai ibu kota Taiwan dibutuhkan waktu kurang lebih 6 jam dari Surabaya dengan menggunakan pesawat. Hal tersebut memudahkan bagi mahasiswa jika suatu saat tiba-tiba ingin pulang ke kampung halamannya untuk bertemu keluarga.

  • Aman

Tingkat kriminalitas di negara ini sangat rendah. Selain karena kesadaran, cakupan CCTV yang luas untuk memantau tempat-tempat umum juga menunjang terciptanya keamanan di negeri ini.

  • Transportasi umum

Tersedia beberapa transportasi umum yang sangat mudah dijangkau. Terdapat bus, MRT, kereta, HSR, city bike. Jadwal keberangkatannya pun teratur dan tepat waktu.

  • Budaya unik

Daya Tarik lain dari negeri ini adalah budayanya. Budaya kesenian Taiwan mirip dengan Tiongkok yang mana memiliki karakter yang berbeda dengan budaya Indonesia. Hal tersebut menimbulkan kekaguman tersendiri terhadap keanekaragaman budaya di dunia. Namun, selain budaya kesenian, budaya antre dan budaya membuang sampah adalah budaya orang Taiwan yang patut diancungi jempol, sehingga dari situlah dapat tercipta  lingkungan yang tertib dan bersih.

 

Sistem belajar di Taiwan

  • Laboratorium

Berbicara mengenai mahasiswa pasca sarjana, setiap mahasiswa sebaiknya memiliki advisor/ supervisor dari awal semester. Beliau biasanya merupakan pimpinan laboratorium riset yang kita minati. Salah satu yang harus diperhatikan adalah karakter dari advisor karena yang paling menentukan kelulusan kita kelak. Mahasiswa disediakan meja, PC dan fasilitas lainnya oleh laboratorium tersebut dan diharapkan sering hadir di laboratorium, untuk mempersiapkan risetnya yang akan dibahas pada lab meeting setiap minggunya.

  • Perkuliahan

Sistem perkuliahan di negeri ini sangat disiplin. Jika waktu yang dijadwalkan 3 jam, maka dosen mengajar pun selama 3 jam. Adapun yang dibebaskan pada perkuliahan adalah pakaian. Mahasiswa diperbolehkan untuk memakai pakaian apapun, entah kaos oblong, celana pendek maupun sandal jepit. Selain itu mahasiswa juga diperbolehkan untuk mengkonsumsi minuman dan makanan di dalam kelas. Terkadang dosen juga mengadakan kunjungan ke beberapa perusahaan atauppun tempat yang berwawasan teknologi bersama para mahasiswa.

Salah satu keadaan kelas bersama teman dan dosen

 

Kunjungan ke Living 3.0 Taipei

 

Uji coba robot Zenbo dari Asus

Traveling di Taiwan

Traveling merupakan momen yang membuat saya bersemangat dalam menjalani hidup. Diantara banyak kesibukan, saya selalu menyempatkan diri untuk menjelajahi tempat-tempat baru dengan teman-teman atau keluarga. Berteman dengan orang lokal adalah cara yang teapat untuk mempermudah menjelajahi tempat-tempat wisata. Sebagian besar tempat wisata di Taiwan tidak dipungut biaya alias gratis. Hal tersebut tentu menambah nilai lebih bagi pelancong mahasiswa. Beberapa kota yang telah saya kunjungi diantaranya adalah Kaohsiung, Pingtung, Taitung, Tainan, Taipei. Sedangkan destinasi yang telah saya kunjungi disana yaitu qijin island, xiao liuqiu, pantai kenting, 101 tower, Chiang Kai Shek memorial hall, jiufen, fo guang shan, dll.

Beberapa kegiatan traveling di Taiwan

 

Living di Taiwan

Tempat tinggal adalah poin utama yang perlu dipikirkan untuk hidup merantau. Terdapat dua pilihan tempat tinggal bagi mahasiswa yang ingin hidup di Taiwan. Pertama adalah dormitory alias asrama. Biaya yang diperlukan per semester untuk membayarnya sekitar 7.500 NTD sampai dengan 12.000 NTD. Pilihan yang kedua adalah menyewa apartment atau kos. Biaya yang dibutuhkan lumayan mahal, tergantung dari jenis kamar dan lokasi tinggal. Jika memilih tinggal di Taipei maka minimal dana yang disiapkan adalah 9.000 NTD per bulan.

Selain tempat tinggal, beberapa fasilitas juga tersedia disini diantaranya:

Rumah sakit: pembiayaan tercover oleh National Health Insurance (NHI)

Pasar tradisional: Pedagang tidak dapat berbahasa Inggris, maka persiapkan Bahasa mandarin dalam bertransaksi.

Mini market: Banyak mini market yang tersebar di seluruh daerah

Mall: Semua brand ternama tersedia disini

Satu hal yang menjadi poin tambahan bagi mahasiswa disini adalah banyaknya penyedia part time job bagi mahasiswa. Mahasiswa diperbolehkan oleh pemerintah untuk melakukannya dengan menyediakan work permit. Pendapatan yang dapat diperoleh adalah sekitar 120-150 NTD per jam, tergantung dari UMR daerah setempat.

 

Makanan di Taiwan

Bagaimana dengan makanan disini? Ada nasi tidak? Tenang, meskipun mayoritas pecinta mie, tapi ternyata masyarakat disini juga makan nasi. Selain itu, jangan khawatir bagi kaum muslim,  disini terdapat beberapa makanan halal yang bersertifikat. Namun, jika ingin makan di tempat lain anda dapat memilih vegetarian atau yang berbahan dari seafood. Bagi yang rindu dengan makanan Indonesia juga dapat mencoba masakan di beberapa warung Indonesia yang tersedia. Warung tersebut biasanya juga menjual beberapa produk lain dari Indonesia. Bagi yang suka jajan, anda tidak salah jika mencoba ke night market. Taiwan terkenal dengan night market yang menjual segala macam jajanan di sepanjang jalan. Harga makanan yang dijual pun bervariatif.

Seafood hot pot

Salah satu jajanan di night market

Klimatologi di Taiwan

Taiwan memiliki empat musim yaitu musim panas, gugur, dingin dan semi. Musim dingin di Taiwan tidak sampai membentuk salju. Suhu terendah mencapai 5°C dan suhu tertinggi mencapai <40°C. Hampir tidak pernah negeri ini dilanda banjir. Namun, cukup sering mengalami gempa bumi dan badai topan.

Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Taiwan

Dapat dibilang banyak mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Taiwan. Mereka tergabung ke dalam PPI dan terbagi berdasarkan kota tempat mereka menetap. Terkadang karena saking banyaknya mahasiswa Indonesia di suatu kampus, maka terbentuklah PPI kampus tersebut. Kami seperti keluarga bagi satu sama lain di perantauan ini. Kami saling membantu untuk semua hal, mulai dari hal yang bersifat akademik maupun non-akademik.

PPI Taipei Tech

Hamil sambal kuliah

Awal cerita adalah saya baru mengetahui bahwa sedang hamil sesaat setelah pengumuman lolos beasiswa. Berbagai pertimbangan telah dipikirkan, dan saya memilih untuk tetap berangkat. Saya yakin bahwa niat baik insyaAllah akan berbuah baik. Jadi, saat hamil 14 minggu saya terbang ke Taipei dan memulai kehidupan kampus bersama calon anak pertama saya. Entah mengapa saya merasa menjalani kuliah dengan sangat nyaman, meskipun harus banyak berjalan kaki, naik turun tangga, mengerjakan tugas dan ujian. Bahkan dosen dan teman-teman sangat perhatian kepada saya. Alhamdulillah, mungkin rejeki adek. Alhasil masa kehamilan saya berjalan dengan lancar sampai dengan melahirkan.

Melahirkan saat pandemi di Taiwan

Melahirkan adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap keluarga. Momen tersebut terasa sangat berbeda bagi saya karena ini adalah anak pertama bagi saya, status saya sedang bersekolah, melahirkan dengan orang asing, jauh dari sanak keluarga, dan terlebih lagi berlangsung di masa pandemi. Tidak dapat digambarkan bagaimana kekhawatiran saya sekeluarga. Namun, alhamdulillah semua berjalan lancar walaupun terdapat aturan yang ketat dari pihak rumah sakit. Beberapa hari setelah melahirkan, saya tidak dapat berinteraksi langsung dengan bayi demi menjaga agar tetap steril.  Begitu juga bagi pengunjung rumah sakit, teman-teman yang hendak menjenguk hanya diperbolehkan satu orang yang memasuki rumah sakit. Sampai setelah saya diperbolehkan pulang ke rumah, maka saya dan bayi tetap terus berusaha tinggal di dalam rumah demi menjaga kesehatan dari paparan Covid 19. Menjaga kesehatan, rutin mencuci tangan, selalu menggunakan masker jika keluar rumah dan menggunakan sanitizer untuk proteksi lebih selalu kami lakukan sampai saat ini. Alhamdulillah, bersama dengan upaya dan penanganan pemerintah disini yang sangat baik, kami aman dan merasa aman sampai saat ini.

Itulah beberapa paparan singkat seputar pengalaman saya selama berada di Taiwan. Jika ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut, silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar di bawah. Terimakasih atas perhatiannya, kita tunggu cerita-cerita seru dari dosen lainnya pada episode berikutnya ya. Sampai jumpa \(^0^)/

Xièxiè! 谢谢! -Devita Ayu Larasati

You may also like...