ENTER episode 2: BELAJAR RT-LAB DI NEGERI PARA HOBBIT. Yuk Simak Ceritanya!
Hai Pembaca Sekalian! Pada Episode ENTER kali ini kita akan mewancarai Bpk Dr. Azmi Saleh, kaprodi S2 Teknik Elektro UNEJ yang berkesempatan berkunjung ke salah satu universitas di New Zealand. Yuk ikuti bagaimana Pak Azmi dapat mengunjungi universitas tersebut, apa saja kegiatan yang dilaksanakan disana dan bagaimana pendapat beliau tentang kehidupan di New Zealand.
- Halo Pak Azmi, Bisa ceritakan kapan dan dimana Pak Azmi melaksakan visiting scholar?
Saya melaksanakan visiting scholar pada 26 Okt 2019 sampai 26 Januari 2020 di Departement of Electrical and Electronic Engineering, Auckland University of Technology, New Zealand
- Bagaimana cerita hingga Pak Azmi dapat melaksanakan visiting scholar disana? Melalui hibah apa? Bagaimana prosedurnya?
Pertama ada tawaran dari IDB kepada dosen di Universitas Jember melalui Hibah NON DEGREE TRAINING – ISLAMIC DEVELOPMENT BANK (IDB) PROJECT. Prosedurnya : 1. Mengajukan proposal, 2. Jika lolos, dilanjutkan dengan presentasi proposal dan 3. Jika lolos, menjadi calon yang bisa mengikuti program NON DEGREE TRAINING – ISLAMIC DEVELOPMENT BANK (IDB) PROJECT.
- Apakah ada kesulitan saat mengajukan VISA untuk visiting scholar di NZ? Bagaimana prosedurnya?
Proses pengajuan VISA ke NZ tidak sulit TETAPI perlu kesesuaian antara tujuan ke NZ dengan VISA yang akan diapply. Banyak jenis VISA ke NZ dan mirip-mirip. Jika salah pilih, maka VISA tidak keluar dan uang pendaftaran hangus. Biaya VISA untuk visiting scholar cukup mahal yaitu 5 jutaan. Sebenarnya bisa apply secara online,tetapi saya tidak lakukan karena resiko salah pilih jenis VISA. Kita tidak bisa bertanya atau minta saran ke petugas VISA karena petugas VISA dilarang untuk memberi jawaban tentang hal itu. Petugas selalu menjawab silahkan baca aturannya (sulit dipahami bagi yang baru pertama mengurus VISA ke NZ untuk tujuan selain berkunjung/rekreasi). Akhirnya saya meminta bantuan kepada orang yang biasa mengurus VISA untuk keperluan Visiting Scholar. Prosedurnya sederhana, 1. Daftar online dengan mengisi semua data yang diminta dan 2. Menunggu VISA keluar atau ditolak
- Apa saja kegiatan yang Pak Azmi lakukan di NZ, khususnya di Departement of Electrical and Electronic Engineering, Auckland University of Technology?
Kegiatan yang dilakukan selama disana pada 2 minggu pertama mengikuti training RT-LAB karena kampus baru membeli hardware RT-LAB. 2 minggu berikutnya dipakai untuk mendalami materi RT-LAB. Setelah itu fokus pada topik penelitian yang sudah ditentukan yaitu robot untuk pertanian. Dimulai dengan mempelajari Internet of Thing, Manajemen Energi Listrik dan Sensor yang dipakai dalam bidang pertanian. Kegiatan penelitian dilakukan secara mandiri dengan kolaborasi dengan mahasiswa S3 yang ada disana. Seminggu sekali melakukan diskusi dengan supervisor tentang hasil yang diperoleh dan rencana penelitian selanjutnya.
RT-LAB merupakan hardware untuk simulasi real time. RT-LAB perlu software Matlab dan Simulink. Jika kita mempunyai hadrware RT-LAB, kita bisa melakukan hardware-in-the-loop untuk meruning Simulink.
Pak Azmi saat pelatihan RT-Lab di Departement of Electrical and Electronic Engineering, Auckland University of Technology
- Bisa ceritakan sedikit tentang topik riset yang Pak Azmi laksanakan?
Topik riset saya Automatisasi dalam bidang Pertanian. Saya merancang kontrol kelembapan tanah dengan menggunakan banyak sensor kelembapan tanah (Soil Moisture). Data dari sensor dikirim melalui IoT dan diproses untuk menentukan kran mana yang harus dibuka agar kelembapan tanah tetap (sesuai yang diinginkan). Selain itu saya juga merancang berapa kapasitas solar sel yang harus disiapkan agar sistem tetap bekerja selama 24 jam.
- Dengan siapa saja Pak Azmi berinteraksi disana? Bagaimana kesannya dengan mereka?
Saya berinteraksi dengan supervisor dan mahasiswa S3 bimbingannya. Selain itu saya kadang-kadang berinteraksi dengan staf (teknisi Lab kalau di UNEJ) jika memelukan bantuan. Disana teknisi terpusat pada satu tempat dimana kita bisa meminta komponen atau meminta bantuan untuk menyolder komponen. Di lab terdapat berbagai peralatan yang jika rusak, kita cukup serahkan ke teknisi untuk diperbaiki. Saya juga berinteraksi dengan masyarakat Indonesia yang tinggal/ kuliah di NZ. Ada kelompok mahasiswa dalam wadah PPI Auckaland dan ada kelompok pekerja orang Indonesia di NZ. Kesan saya selama disana yakni sangat menyenangkan dan feel at my own country karena kebetulan banyak orang Indonesia dan mereka siap membantu bagi kami yang baru datang. Setiap minggu saya berkumpul dengan orang2 Indonesia yang ada disana dalam acara belajar agama dan makan masakan Indonesia. Dari perkumpulan tersebut, saya banyak mendapatkan informasi yang bermafaat mengenai bagaimana hidup di NZ.
Pak Azmi bersama dengan supervisor
- Tempat mana saja yang Pak Azmi kunjungi selama 2 bulan di NZ?
Jika ada waktu luang, saya pergi ke tempat yang dekat dengan apartemen yang saya tempati. Awal-awal, saya suka mengunjungi taman (Albert Park, Mount Eden dan taman lainnya). Saya paling sering mengunjungi Queen Street, jalan yang bagian kanan kiri berderet toko-toko karena jalan ini dekat dengan kampus dan sekalian belanja kebutuhan sehari – hari. Saya juga pernah ke New Zealand Maritime Museum, Viaduct Harbour, Sky Tower dan Auckland War Memorial Museum.
- Apakah Pak Azmi mengalami culture shock saat pertama datang? Bagaimana adaptasi Pak Azmi dengan budaya, makanan dan cuaca disana?
Selama disana saya tidak mengalami culture shock karena ada teman-teman orang Indonesia yang menemani saya pada awal sampai di NZ. Di NZ, hal yang sangat berbeda dari di Indonesia adalah pembayaran saat berbelanja. Di NZ, kita scan sendiri barang yang dibeli dan bayar sendiri dengan memasukkan uang ke mesin kasir. Setelah itu, kita juga mendapat kembalian secara otomatis. Sangat bermanfaat dengan adanya teman sehingga saya tidak kesulitan untuk mencari barang-barang kebutuhan sehari-hari dan mengetahui bagaimana menggunakan sarana transportasi disana. Saya tidak banyak berinteraksi dengan penduduk asli di NZ karena kebanyakan pendatang/ Mereka memiliki budaya sangat bebas dalam berpakaian dan mereka sangat menghargai privasi sehingga tidak mau saling mengganggu. Makanan disana lengkap jika mau masak sendiri karena banyak bahan makanan dijual disana termasuk bahan makanan dari Asia. Jika makan di restoran perlu mencari makanan Halal yang tidak banyak ada disana. Pada saat berkunjung, cuaca disana sangat nyaman bagi saya karena masuk musim panas (suhunya antara 10 – 25 derajat) dan waktu siang lebih lama dibandingkan waktu malam. Tidak ada kendala dengan cuaca waktu berkunjung ke NZ.
Pak Azmi bersama dengan komunitas orang-orang Indonesia di Auckland, New Zealand
- Selama 2 bulan disana, bagaimana Pak Azmi menilai karakter masyarakat disana dan kondisi sosial disana?
Selama 2 bulan disana, karakter masyarakat disana sangat cuek dengan urusan orang lain. Semua bebas mengekpresikan pikirannya sendiri tetapi tidak boleh mengganggu privasi orang lain. Misalnya mengenai pakaian tidak ada batasannya. Mau pakai yg pakaian yang sangat minim (sampai kelihatan bagian yang seharusnya ditutup) dibebaskan dan tidak ada orang yang peduli. Mau berciuman dan berpelukan di tempat umum juga tidak ada yang peduli. Masyarakat benar-benar bebas namun tidak mengganggu orang lain. Sedangkan kondisi sosial di Auckland sangat kontras. Ada yang kaya dan ada yang hidup di pinggir jalan. Mereka hidup di emperan toko dengan tempat tidur dan selimut dalam berkelompok (mungkin dalam satu keluarga). Mereka biasa meminta – minta di pinggir jalan kepada para pengguna jalan. Kabarnya, mereka sebenarnya mendapat santunan dari pemerintah, tetapi mungkin tidak cukup untuk biaya sewa apartemen atau rumah di Auckland mahal. Sewa untuk satu kamar paling murah 2 juta per minggu.
- Apakah ada perbedaan budaya akademik antara Indonesia, NZ, dan Jepang (tempat Pak Azmi menempuh studi S3)?
Budaya akademik di NZ berbeda dengan di Indonesia dan di Jepang. Pebedaan budaya akademik yang sangat menyolok antara di NZ dan Jepang adalah keterbukaan dalam sharing ilmu / pengetahuan. Mungkin karena budaya dari masing-masing negara tersebut. Orang-orang di NZ sangat terbuka dalam melakukan sharing ilmu pengetahuan. Selama di NZ saya banyak mendapat tambahan pengetahuan baru dan supervisor sangat banyak memberi kontribusi dalam penelitian. Di Jepang, lebih sulit untuk sharing pengetahuan antara orang jepang dengan orang asing. Di Jepang, masih ada jarak antara supervisor dengan mahasiswa bimbingannya. Saya juga tidak bisa menggeneralisir karena mungkin setiap orang akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan saya baik di Jepang maupun di NZ. Dalam hal fasilitas tidak ada perbedaan antara di NZ dan di Jepang (sama sama lengkap dan memadai sarana laboratoriumnya). Sedangkan budaya akademik di Indonesia masih perlu ditingkatkan terutama dalam budaya diskusi antar kolega. Mungkin karena fasilitas tempat-tempat diskusi yang tidak ada (beda dengan di NZ atau Jepang, banyak tersedia tempat-tempat diskusi yang bisa dipakai secara bebas dan tenang).
- Ada saran untuk mahasiswa atau masyarakat yang ingin kuliah atau berkunjung ke NZ atau Jepang?
Saran bagi mahasiswa yang akan kuliah di NZ atau Jepang. Yang perlu disiapkan pertama kali adalah mencari Calon Pembimbing / Universitas Tujuan. Setelah mendapatkan Calon Pembimbing, baru bisa mendaftar beasiswa. Jangan lupa juga mempersiapkan syarat -syarat administrasi yang diminta oleh pemberi beasiswa. Jika sudah mendapatkan beasiswa, baru mempersiapkan keberangkatan ke NZ atau Jepang (berlaku untuk yang akan berkunjung kesana). Ada 2 hal yang perlu dipesiapkan dan saling bergantung, yaitu VISA dan penginapan. VISA tidak dapat diprediksi kapan akan keluar (kita dapat ijin masuk ke NZ atau Jepang) dan penginapan/akomudasi perlu disiapkan jauh hari (tidak bisa mendadak). Kadang VISA keluar dengan masa berlaku yang sangant singkat (2 minggu). Jika tidak dipakai, maka VISA nya akan hangus. Bantuan teman yang sedang berada di NZ atau Jepang sangat dibutuhkan untuk mencari penginapan/akomudasi karena mereka yang tahu kondisi penginapan/akomudasi sebenarnya. Semua usaha ini akan terbayar dengan merasakan hidup di NZ atau Jepang. Jadi jangan takut untuk mencoba mencari beasiswa agar bisa ke luar negeri.
Nah, itu tadi adalah sharing dari Bpk Dr. Azmi Saleh. Bagaimana? sudah tertarik untuk kuliah di New Zealand atau di Jepang? Well, apapun itu, semoga semua cita-cita pembaca dapat terkabul. Jika pembaca memiliki pertanyaan baik ke admin atau Pak Azmi, boleh tulis di komentar ya. Terimakasih semua, jangan lupa untuk menyimak kisah ENTER episode selanjutnya. see ya!!